Tokohpendiri HMI Lafran Pane ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional oleh Presiden. Lafran juga salah satu tokoh yang menculik Bung Karno ke Rengasdengklok. Tahun 1947, dia mendirikan HMI," kata
HomeEko AriwidodoIslamic State Institute of Madura Faculty of Economic and Islamic BusinessAbout28,730Reads How we measure 'reads'A 'read' is counted each time someone views a publication summary such as the title, abstract, and list of authors, clicks on a figure, or views or downloads the full-text. Learn more2017201820192020202120222023010203040201720182019202020212022202301020304020172018201920202021202220230102030402017201820192020202120222023010203040Publications NasrullohHumans are involved in creating themselves and the world through concrete choices and actions, thereby assigning value to those choices and actions. Humans, as etre pour soi can transcendence. Man is not to facticity, to the way of being etre en soi. Sartre on this basis, emphasized existentialism as humanism. Existentialism is not an evil or arbit...This article discusses gender, especially in women’s job qualifications, and provides opportunities for women in society. Gender issues are expected to be addressed, but what about the people of Wakan village who still use patriarchal culture daily? It causes women to be unable to work according to their talents. This study refers to Foucault's the...This research discusses the defensive attitude of the younger generation, especially the younger generation of muslims, based on Lafran Pane’s thoughts. Lafran Pane is one of the hero figures in Indonesia who had a significant influence on maintaining Indonesia's independence. This research aims to determine and understand Lafran Pane’s thoughts on...Local culture everywhere presents meaning space as a guideline for people’s lives, even the presence of tradition can be a medium of social transformation. The tandhe’ as one of the local cultural treasures in Sumenep Madura, emerged as an appreciation of past civilizations that believe that tandhe’ is not a mere spectacle but also as a communicati...This study plans to decide the impact of relational correspondence, authoritative culture, and accomplishment inspiration on hierarchical responsibility. This research uses a quantitative approach through strategic studies. The number of inhabitants in this review was generally educators coming from state secondary schools in Madura island. In the... Eko AriwidodoIdealism various groups of political Islam failed to change the political landscape of the Middle East and some other regions. Political Islam is not won power, while the old regimes are still in power. Western powers are increasingly plugging hegemony political, economic, cultural in the region. Political Islam is also not always successfully di... Eko AriwidodoSeaweed is one of the marine resources as capital for livelihood development in addition to the fishermen catch fish. Seaweed cultivation can support the survival of fishermen especially in Bluto Sumenep. Seaweed also can produce a wide variety of products that can provide benefits to the villagers. Seaweed farming activities is not only performed...There are two problems in the result of research that will be discussed in this article. They are 1 how are the steps of the implementation of suggestopedia method in learning speaking English at the second semester students of E class TBI STAIN Pamekasan and 2 How are the increasing of speaking English skill for the second semester students of...This article is a summary of a group research describing the implementation of scientific approach in teaching English of Curriculum 2013 at SMPN 1 Pamekasan. Scientific approach is an approach focusing on investigation techniques on phenomena, getting new knowledge, or correcting and relating the previous knowledge. Scientific approach is a new ap... Eko AriwidodoTradisi oto’-oto’ merupakan tradisi khas etnis Madura yang berjalan secara turun menurun, semakin lama semakin banyak pengikutnya dan semakin luas jangkauan wilayahnya hingga di kota Surabaya. Tradisi ini dilaksanakan oleh masyarakat yang berhimpun dalam kelompok organisasi informal. Prinsip dasar oto’-oto’ adalah setiap anggota menyerahkan sejumla... Eko AriwidodoBerdasarkan realitas yang sering dijumpai bahwa kehidupan masyarakat Barurambat di kabupaten Pamekasan, tentang partisipasi masyarakat dalam pemeliharaan atau pelestarian lingkungan masih tergolong rendah, tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya dan lokasi tertentu yang terlihat kotor dan kumuh. Permasalahan penelitiannya yaitu untuk mengetahui... Eko AriwidodoMakna tidak pernah hadir kecuali dalam intertekstualitas tanda. Derrida mengajak untuk melampaui bahasa, yakni melampaui bahasa yang telah dikonstruksi oleh beban makna, seperti yang dihasilkan oleh sistem linguistik dan logika. Melampaui bahasa berarti melampaui bahasa sebagai sarana bagi pikiran yang ingin mengartikulasikan makna kepada pembaca a...Keterampilan mendengarkan bahasa inggris yang diucapkan secara verbal Spoken English merupakan salah satu keterampilan yang ada dalam English Language Skills. Memahami kata atau kalimat bahasa Inggris yang diucapkan oleh penutur asli Native Speaker merupakan suatu persoalan yang sangat komplek yang dihadapi oleh yang belajar bahasa kedua khusus... Eko AriwidodoPersepsi reduksionis dan ekologis tentang dunia merupakan sebuah realitas masa kini dan sehari-hari. Para para ahli dan ilmuwan laki-laki Barat yang terlatih mencerminkan pengetahuan reduksionis. Perjuangan politik bagi gerakan-gerakan feminis dan ekologis melibatkan perubahan epistemologis dalam kriteria penilaian rasionalitas pengetahuan. Sains ...Network
DetikDetik Kelahiran HMI Dan Kata-Kata Lafran Pane Lafran Pane meminta izin kepada beliau. Mengetahui Lafran Pane selaku ketua III Senat Mahasiswa STI, Hussein Yahya mengizinkan meskipun ia belum tahu pasti tujuan pertemuan itu, namun ia tertarik menyaksikan peristiwa itu. Akhirnya, dengan segala persiapan, saat itu hari Rabu pon 1878, 14
Accueil Tous les mots Débutant par Terminant par Contenant AB Contenant A & B En positionListe des mots finissant par Cliquez pour choisir la deuxième avant-dernière lettreCliquez pour enlever la deuxième avant-dernière lettreCliquez pour changer la taille des motsTous alphabétique Tous par taille 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11Il y a 79 mots finissant par KAAIKIDOKA BABOUCHKA BALALAIKA BARAKA BAZOOKA BEERAWECKA BREAKA BRISKA BURKA CHAPKA CHAPSKA CHECKA CONAKRYKA DARBOUKA DEBREAKA DERBOUKA DESIMLOCKA DESTOCKA DINKA EUREKA GEEKA GWOKA HACKA HAKA HAKKA HANOUKKA HARKA HOUKA JATAKA JERKA JUDOKA KA KARATEKA KOKA LIKA MANGAKA MARKKA MATRIOCHKA MAZURKA MOKA MOUSSAKA NAGAIKA NAHAIKA NEBKA OKA OSTRAKA PANENKA PANKA PAPRIKA PARKA PASHKA PERESTROIKA PIKA POLKA QUOKKA RELOOKA SCHAPSKA SEBKA SHARKA SIFAKA SKA SNACKA STOCKA STOTINKA STUKA SURSTOCKA SVASTIKA SWASTIKA TAKA TANKA TERLENKA TONKA TREKKA TROIKA VATROUCHKA VEDIKA VODKA YAKA ZOUKAListe conforme à la huitième édition du dictionnaire officiel du la liste Liste précédente Liste suivanteVoyez cette liste pour Le Wikitionnaire francophone 451 motsLe scrabble en anglais 131 motsLe scrabble en espagnol aucun motLe scrabble en italien 42 motsLe scrabble en allemand 138 motsLe scrabble en roumain 9 mots LafranPane hari ini dianugerahi gelar pahlawan nasional oleh presiden. Sampai saat ini membekas di kader-kader,"kata Sekretaris HMI Cabang Yogyakarta Muhamad Ashar SF di makam Lafran Pane di
Riwayat Hidup dan Perjuangannya Lafran Pane lahir di kampong Pangurabaan Kecamatan Sipiriok, yang terletak di kaki Gunung SIBUALBUALI, 38 kilometer kearah Utara dari Padangsidempuan, Ibukota Kabupaten Tapanuli Selatan, pada tanggal 12 April 1923. Sebenarnya Lafran Pane lahir di Padangsidempuan 5 Februari 1922. Untuk menghindari berbagai macam tafsiran, karena bertepatan dengan berdirinya HMI Lafran Pane mengubah tanggal lahirnya menjadi 12 April 1923. Beliau adalah anak keenam dari keluarga Sutan Pangurabaan Pane dari ibu pertama, yang meninggal 2 tahun setelah si anak bungsu Lafran Pane lahir. Lima orang saudara sekandung lainnya ialah Nyonya Tarip, Sanusi Pane, Armijn Pane, Nyonya Bahari Siregar, Nyonya Ali Hanfiyah. Dan dua orang saudara seayah yaitu Nila Kusuma Pane dan Krisna Murti Pane. Ayahnya Sutan Pangurabaan adalah tokoh Partai Indonesia PARTINDO di daerah Sumatera Utara, di samping sebagai seorang Wartawan dan penulis, juga menjadi Direktur Oto Dinas Pengangkutan ODP “SIBUALBUALI”, yang berpusat di kota Sipiriok, suatu perusahaan otobis Nasional yang tertua di seluruh Sumatera Utara. Sedang nenek dari Lafran Pane adalah adik dari seorang Ulama Besar yang fanatic dengan Islam. Namanya Syekh Badurrahman. Karena tidak merasakan kasih sayang ibu kandung sebagaimana mestinya dan tidak puas dengan asuhan ibu tiri, akhirnya seorang Lafran Pane dihinggapi penyakit rasa rendah diri, lalu mengakibatkan kompensasi berupa kenakalan yang luar biasa dan jalan pikiran yang sulit dimengerti termasuk ayahnya sendiri. Sebelum Lafran menginjak bangku sekolah atau pesantren secara formil, terlebih dahulu jiwa keagamaanya diisi dengan belajar “Sifat dua puluh”, seperti Ujud, Qidam, Baqo,Muholi dan seterusnya, yang diiringi dengan artinya. Di samping itu pula belajar, yang dalam bahasa Tapanuli disebut “ALIF – ALIF”, yakni mempelajari membaca huruf – huruf abjad Al-quran, sebagai satu jenjang untuk dapat membaca Al-quran denga baik dan benar. Kedua macam pendidikan itu diperoleh Lafran dari seorang guru terkemuka di kampung halamannya Panggurabaan, namanya Malim Mahasan. Berkat didikan Malim Mahasan tersebut, Lafran kecil sudah terisi jiwa keagamaannya, dan inilah yang membekali hidupnya secara mendasar dalam masalah bimbingan keagamaan, yang sangat prinsipil dalam kehidupan seorang manusia. Pendidikan di bangku sekolah dimulainya di pesantren Muhammadiyah Sipiriok, Sekolah desa 3 tahun, semuanya tidak tamat. Lalu pindah ke Sibolga, masuk Sekolah HIS Muhammadiyah. Kemudian kembali lagi ke Sipiriok, masuk Ibtidaiyah diteruskan ke Wustha. Dari Wustha pindah ke Taman Antara Taman Siswa Sipiriok. Selanjutnya pindah ke Taman Antara Taman Siswa di tamat dai Taman Siswa sudah dikeluarkan dari sekolah. Lantas meninggalkan rumah tempat tinggalnya, yakni rumah kakak kandungnya Nyonya dr. Tarip, dan menjadi petualang di sepanjang jalanan kota Medan. Tidur tidak menentu, kadang sudah menggeletak di kaki lima, di emper-emper toko, sambil sebagai penjual karcis bioskop, main kartu, menjual es lilin, sebagai penyambung hidup. Begitulah masa muda Lafran yang di habiskan dengan menggelandang di kota Medan. Beberapa saat kemudian Lafran pindah ke Batavia pada tahun 1937, atas permintaan abang kandungnya Armijn Pane dan Sanusi Pane, di Batavia memulai sekolah di kelas 7 HIS Muhammadiyah, menyambung ke MULO Muhammadiyah, ke AMS Muhammadiyah, kemudian ke Taman Dewasa Raya Jakarta. Di semua sekolah itu, gurunya mengakui bahwa Lafran Pane adalah murid cerdas, walaupun nakal yang luar biasa, yang menyebabkan Lafran memasuki organisasi “BENDE” yang bernama “ZWERTE BENDE”, seperti “GANG” pada masa itu. Karena tingkah lakunya lafran sering berkenalan dengan meja hijau, dan dituntut membayar denda, tetapi selalu dibela oleh “BENDE”-nya walaupun berat. Ketika sekolah di Taman Dewasa Raya Jakarta, Lafran Pane bertemu dengan Dipa Nusantara Aidit, dan di zaman Belanda bersama – sama memasuki Barisan Pemuda GERINDO, yang pada akhirnya antara Lafran dan Aidit memiliki keyakinan berlawanan kontras, dan Aidit pernah memimpin aksi untuk membubarkan HMI yang notabane adalah organisasi yang didirikan oleh Lafran Pane. Pada tahun 1942, lantaran Jepang masuk Indonesia pada tanggal 9 Maret 1942, lalu pulang ke Padangsidempuan sebagai “pokrol” tetapi lantas kena fitnah, dituduh memberontak Jepang, lalu dituntut hukuman mati, tetapi tidak jadi karena pengaruh ayahnya di Padangsidempuan yang begitu besar. Namun dengan fitnah itu membuat Lafran harus meninggalkan Sumatera dan kembali ke Jakarta pada tahun 1943. sejak keberangkatannya kembali ke Jakarta, Lafran Pane mengalami proses kejiwaan yang radikal. Insan kamilnya mulai tergugah, lalu mencari apa sebenarnya hakekat hidup ini. Lafran merindukan sifat – sifat mulia dan menanyakan apa sesungguhnya azas segala sesuatu. Ia menyadari betapa pentingnya kembali ke dasar keyakinan. Sejak itu ia sering merenung, tafakur. Sekembali ke Jawa, Lafran bekerja di kantor Statistik Jakarta. Karena kecakapannya berbahasa Jepang, ia diminta supaya bekerja pada suatu perusahaan besar “APOTHEK BAVOSTA”, dan menjadi pemimpin umum Apothek tersebut tahun 1945. setelah tentara sekutu memasuki Jakarta, yang memnyebabkan berkobarnya api pertempuran. Tanggal 4 Januari 1946, Presiden, Wakil Presiden pindah ke Yogyakarta, lantas menjadi Ibukota Republik Indonesia. Sekolah Tinggi Islam STI, yang berdiri tanggal 27 Rajab 1364 H/8 Juli 1945 di Jakarta, tanggal 10 April 1946 ikut pula hijrah ke Ibukota Yogyakarta, dan sejak tanggal 20 Mei 1948, berganti nama menjadi Univeraitas Islam Indonesia UII. Kepindahan STI ke Yogyakarta membuat mahasiswanya pindah ke Yogyakarta untuk meneruskan kuliah, dan mahasiswa baru pun masuk, dimana salah seorang mahasiswa baru bernama Lafran Pane, yang usianya berumur 23 tahun. Selain kuliah merangkap Departemen Sosial. Perubahan jiwa Lafran Pane setelah masuk STI lantas mendapat kuliah Agama Islam dari Prof. Abdul Kahar Mudzakkir, Bapak Husein Yahya, Rasyidi dan ketekunannya membaca buku – buku Agama Islam, membuat ia bertambah yakin dan mempunyai pendirian yang semakin teguh, bahwa Islam sebagai satu – satunya pedoman hidup yang sempurna. Semasa di STI, lafran menjadi ketua III Senat Mahsiswa STI di samping Janamar Azam dan Amin Syakhri. Di PMY Lafran juga ikut sebagai Pengurus mewakili Mahasiswa STI. Jadi, tidak mengherankan apabila Lafran Pane banyak bergaul denga mahasiswa dan memiliki banyak teman. Sebelum tamat di STI, Lafran pindah ke Akademi Ilmu Politik AIP, pada bulan April 1948. setelah Universitas Gadjah Mada dinegerikan tangal 19 Desember 1949, dan AIP dimasukkan dalam Fakultas Hukum, Ekonomi, Sosial Politik HESP. Dalam sejarah UGM, Lafran termasuk dalam mahasiswa yang pertama kali lulus mencapai titel Sarjana Drs, yaitu tanggal 26 januari 1953. Dengan sendirinya Drs. Lafran Pane menjadi Sarjana Politik pertama di Indonesia. Karier Lafran Pane di bidang pendidikan ialah Menjadi Direktur Kursus B I & B II Negeri Yogyakarta, yang diselengarakan oleh Kementrian PP & K dan akhirnya menjadi Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan FKIP UGM. Pelopor berdirinya IKIP Yogyakarta. Pernah menjadi Dekan Fakultas Keguruan Pengetahuan Sosial IKIP Yogyakarta. Pernah menjadi Dosen Fakultas Sospol UGM, Akademi Tabligh Muhammadiyah ATM dan Dosen UII. Pernah menjadi Dosen IAIN, hingga terjadinya peristiwa 10 Oktober 1963. Sepuluh tahun kemudian, atas permintaan Fakultas Syariah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, mulai tahun 1973, Lafran Pane kembali memberi kuliah sebagai Guru Besar dalam Ilmu Tata Negara Dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia, sejak tanggal 1 Desember 1966, Lafran Pane diangkat menjadi Guru Besar Ilmu Tata Negara. Dalam Organisasi, selain tokoh pendiri HMI, dikal Ikatan Sarjana Muslimin Indonesia ISMI didirikan oleh rekan seperjuangannya Ir. Sanusi tanggal 11 Februari 1963 di Jakarta, Lafran menjadi anggota dan mensponsori pembentukan cabang di Yogyakarta, hingga ISMI dilebur ke dalam Persatuan Sarjana Muslim Indonesia PERSAMI tajun 1964 yang independen. Lafran Pane juga terjun ke dalam KASI Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia, dan menjadi 5 besar pimpinan KASI. Hasil Karya ilmiah Lafran Pane ialah Wewenang MPR. Kedudukan Dekrit Presiden. Kedudukan Presiden. Kekuasaan Luar Biasa Presiden. Kedudukan Komite Nasional Indonesia Pusat KNIP. Tujuan Negara. Kembali ke UUD 45. Memurnikan Pelaksanaan UUD 45. Perubahaan Konstitusional. Pemrakarsa Proklamasi 17 Agustus 1945. Pada zaman Jepang bersama pemuda yang lain, Lafran Pane termasuk dalam golongan pemuda yang dibina oleh Kaigun Angkatan Laut Jepang. Saat Jepang menyerah kepada sekutu tanggal 14 Agustus 1945, pemuda dan mahasiswa Indonesia termasuk di dalamnya Lafran Pane mengikrarkan “ Tidak mau menerima Kemerdekaan Indonesia dari Jepang seperti apa yang deipersiapkan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia PPKI”. Ikrar itu dicetuskan di gedung Menteng Raya 31 Jakarta. Tiga hari kemudian, 17 Agustus 1945, kemerdekaan Indonesia diproklamirkan di Pengangsaan Timur 56 Jakarta, ke seluruh dunia, oleh Soekarno – Hatta, sesuai dengan ikrar para pemuda/mahasiswa di atas. Kepala Pusat Sejarah ABRI Departemen Pertahanan /Keamanan Brigjen Nugroho Notosusanto dalam memberikan keterangan kepada Harian KOMPAS Jakarta, yang dimuat tanggal 16 Agustus 1975 No. 42/XI halaman IV, mengatakan, kelompok yang memegang peranan penting dalam proklamasi 17 Agustus 1945, ada 4 kelompok, yaitu Pertama, kelompok sekitar Soekarno-Hatta dan PPKI, yang secara sosiologis umumnya terdiri dari “golongan tua” dan sudah punya riwayat perjuangan sejak zaman Belanda. Kedua, kelompok Mahasiswa/Pelajar. Ketiga, kelompok Pengusir Tentara Asing PETA. Meskipun tidak semua anggota PETA masuk dalam kelompok ini. Pemuda Singgih yang menculik Bung Karno, Bung Hatta, adalah seorang Shodanco PETA dari Batalyon Jakarta. Keempat, kelompok campur aduk yang bermarkas di Menteng Raya 31. menurut Nugroho Notosusanto, Menteng Raya baru menonjol setelah terbentuknya “komite van Aksi” sesudah Proklamasi. Tujuan Komite ini untuk menghimpun unsue kaum muda. Pimpinannya terdiri dari Sukarni, N. Nitimiharjo, Adam Malik, Wikana, Chaerul Saleh, Pandu Wiguna, Kusnaeni, Darwis, Johar Nur, Armunanto dan Hanafi. Jika dihubungkan apa yang diperbuat oleh Lafran Pane di saat – saat Proklamasi 17 Agustus 1945 beserta teman – temannya yang lain, dengan keterangan Brigjen Nugroho Notosusanto di atas, maka Lafran Pane termasuk dalam kelompok kempat, sebagai kelompok yang memegang peranan penting dalam Proklamasi 17 Agustus 1945. Mendirikan HMI. Dengan landasan taqwa yang mendasar, dikala Lafran Pane melihat kenyataan kehidupan kemahasiswaan di Yogyakarta, yang sedang menyedihkan bagi perkembangan Agama Islam kelak, maka bersama kawan – kawannya sekuliah dan seide, pada tanggal 5 Februaru 1947 mendirikan Himpunan Mahasiswa Islam HMI. Bagi Lafran Pane mendirikan HMI, bukan karena hobby yang bisa diurus dan dikembangkan dengan kerja “sambil lalu”. HMI sebagai suatu alat perjuangan ummat Islam, harus dibina dan dikembangkan dengan penuh kesungguhan, teratur dan terencana. Maka, karena HMI dimasa mula berdirinya memerlukan pembinaan yang terus menerus, agar kehidupannya tetap bisa kokoh, untuk memperjuangkan cita-cita luhur. Dalam suka duka HMI, Lafran Pane tetap mengikuti perkembangan HMI. Kalau ada kongres atau acara – acara HMI lainnya, diundan atau tidak diundang, kalau sehat dan ada kesempatan Lafran Pane biasanya hadir, agak awal dari lainnya. Semasa HMI mendapatkan tekanan dan ganyangan dari PKI/CGMI cs ditahun 1964-1965, Lafran Pane termasuk orang yang menderita. Rumah beliau dicoret – coret oleh CGMI, dengan kata – kata hasutan dan fitnah. Lafran Pane termasuk orang yang berusaha untuk disingkirkan PKI, karena beliau pendiri HMI. Sifat yang paling menonjol Lafran Pane adalah mempunyai pendirian yang teguh dalam mencapai dan memperjuangkan cita – cita. Jika Lafran telah memutuskan sesuatu karena Allah semata, tidak boleh tidak dia akan berusaha mencapainya. Keteguhan hati dapat dilihat Lafran Pane saat mendirikan HMI, walaupun banyak mendapat rintangan dari berbagai pihak, dan diancam bahwa HMI tidak akan berumur panjang. Sifat keteguhan pendirian itu sudah menjiwai dalam hidup dan kehidupan Lafran Pane sehari – hari. Pada 25 Januari 1991, beliau meninggal dunia. Yudi Latif dalam bukunya Intelegensia Muslim dan Kuasa Genealogi Inteligensia Muslim Indonesia Abad Ke-20, hal 502 menyebutkan Lafran Pane sebagai generasi ketiga inteligensia muslim Indonesia setelah generasi pertama Tjokroaminoto, Agus Salim,dll, generasi kedua M. Natsir, M. Roem dan Kasman Singodimedjo pada 1950-an, generasi keempat Nurcholish Majid, Imadudin Abdurrahim dan Djohan Efendi pada 1970-an.
Lafrantak bersedia. "Masak orang belum bekerja dibikinkan jas", ujarnya kepada Senoaji, teman sekaligus orang yang sering membantunya. "Kenapa Pak? Itukan fasilitas". "Ah, tak pantas itu. Sudahlah, aku minta tolong kau ke Yogja, ambilin jas aku". Senoaji pun mengiyakan permintaan Lafran, tetapi dicegah oleh alumni HMI.
Accueil Tous les mots Débutant par Terminant par Contenant AB Contenant A & B En positionListe des mots débutant par Cliquez pour choisir la troisième lettreCliquez pour enlever la deuxième lettreCliquez pour changer la taille des motsTous alphabétique Tous par taille 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16Il y a 311 mots débutant par KAKA KABARDE KABARDES KABARY KABARYS KABBALE KABBALES KABBALISTE KABBALISTES KABBALISTIQUE KABBALISTIQUES KABIC KABICS KABIG KABIGS KABIYE KABIYES KABOULI KABOULIE KABOULIEN KABOULIENNE KABOULIENNES KABOULIENS KABOULIES KABOULIS KABUKI KABUKIS KABYE KABYES KABYLE KABYLES KACHA KACHAS KACHE KACHES KACHKEIS KADAIF KADAIFS KADDISH KADDISHS KADI KADIS KAFIR KAFIRS KAFKAIEN KAFKAIENNE KAFKAIENNES KAFKAIENS KAGOU KAGOUS KAINITE KAINITES KAIROUANAIS KAIROUANAISE KAIROUANAISES KAISER KAISERS KAKAPO KAKAPOS KAKATOES KAKAWI KAKAWIS KAKEMONO KAKEMONOS KAKI KAKIS KALACH KALACHNIKOV KALACHNIKOVS KALACHS KALANCHOE KALANCHOES KALE KALEIDOSCOPE KALEIDOSCOPES KALEIDOSCOPIQUE KALEIDOSCOPIQUES KALES KALI KALICYTIE KALICYTIES KALIEMIE KALIEMIES KALIS KALIUM KALIUMS KALMIA KALMIAS KALMOUK KALMOUKE KALMOUKES KALMOUKS KAMALA KAMALAS KAMI KAMICHI KAMICHIS KAMIKAZE KAMIKAZES KAMIS KAMISHIBAI KAMISHIBAIS KAMMERSPIEL KAMMERSPIELS KAMPALAIS KAMPALAISE KAMPALAISES KAMPTOZOAIRE KAMPTOZOAIRES KAN KANA KANAK KANAKE KANAKES KANAKS KANANGAIS KANANGAISE KANANGAISES KANAS KANAT KANATS KANDJAR KANDJARS KANDJLAR KANDJLARS KANGLAR KANGLARS KANGOUROU KANGOUROUS KANJI KANJIS KANNARA KANNARAS KANOUN KANOUNS KANS KANTIEN KANTIENNE KANTIENNES KANTIENS KANTISME KANTISMES KANTISTE KANTISTES KAOLACKOIS KAOLACKOISE KAOLACKOISES KAOLIANG KAOLIANGS KAOLIN KAOLINIQUE KAOLINIQUES KAOLINISA KAOLINISAI KAOLINISAIENT KAOLINISAIS KAOLINISAIT KAOLINISAMES KAOLINISANT KAOLINISAS KAOLINISASSE KAOLINISASSENT KAOLINISASSES KAOLINISASSIEZ KAOLINISASSIONS KAOLINISAT KAOLINISATES KAOLINISATION KAOLINISATIONS KAOLINISE KAOLINISEE KAOLINISEES KAOLINISENT KAOLINISER KAOLINISERA KAOLINISERAI KAOLINISERAIENT KAOLINISERAIS KAOLINISERAIT KAOLINISERAS KAOLINISERENT KAOLINISEREZ KAOLINISERIEZ KAOLINISERIONS KAOLINISERONS KAOLINISERONT KAOLINISES KAOLINISEZ KAOLINISIEZ KAOLINISIONS KAOLINISONS KAOLINITE KAOLINITES KAOLINS KAON KAONS KAPO KAPOK KAPOKIER KAPOKIERS KAPOKS KAPOS KAPPA KARACHITE KARACHITES KARAITE KARAITES KARAKUL KARAKULS KARAOKE KARAOKES KARATE KARATEKA KARATEKAS KARATES KARBAU KARBAUS KARBAUX KARCHER KARCHERS KAREN KARENS KARIOKINESE KARIOKINESES KARITE KARITES KARKADE KARKADES KARMA KARMAN KARMANS KARMAS KARMIQUE KARMIQUES KAROSHI KAROSHIS KARPATIQUE KARPATIQUES KARST KARSTIFICATION KARSTIFICATIONS KARSTIQUE KARSTIQUES KARSTS KART KARTING KARTINGS KARTS KAS KASAIEN KASAIENNE KASAIENNES KASAIENS KASCHER KASCHERE KASCHERES KASCHERS KASHER KASHERE KASHERES KASHERS KASHROUT KASHROUTS KASSITE KASSITES KAT KATA KATAKANA KATAKANAS KATANA KATANAS KATANGAIS KATANGAISE KATANGAISES KATAS KATCHINA KATCHINAS KATHAK KATHAKALI KATHAKALIS KATHAKS KATIOUCHA KATIOUCHAS KATS KAVA KAVAS KAWA KAWAI KAWAII KAWAIIS KAWAIS KAWAS KAWI KAWIS KAYAC KAYACS KAYAK KAYAKABLE KAYAKABLES KAYAKISTE KAYAKISTES KAYAKS KAZAKH KAZAKHE KAZAKHES KAZAKHS KAZAKHSTANAIS KAZAKHSTANAISE KAZAKHSTANAISES KAZATCHOK KAZATCHOKSListe conforme à la huitième édition du dictionnaire officiel du la liste Liste précédente Liste suivanteVoyez cette liste pour Le Wikitionnaire francophone 2103 motsLe scrabble en anglais 637 motsLe scrabble en espagnol aucun motLe scrabble en italien 87 motsLe scrabble en allemand 8720 motsLe scrabble en roumain 286 mots
LafranPane adalah salah satu tokoh yang berpengaruh dalam pergerakan di Indonesia, karena beliau adalah pendiri organisasi mahasiswa terbesar di Indonesia yaitu Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Lafran Pane dilahirkan di Sipirok-Tapanuli Selatan, Sumatera Utara pada tanggal 5 Februari 1922.

Liste de mots commençant par KATA Voici la liste de tous les mots français commençant par KATA groupés par nombre de lettres kata, kataf, katal, Katar, katas, katafs, katals, katana, katanas, Katanga. Il y a 66 mots qui commencent par KATA. Cliquez sur un mot commençant par KATA pour voir sa définition. → 1 mots de 4 lettres en kata kata → 4 mots de 5 lettres en kata kataf katal Katar katas → 3 mots de 6 lettres en kata katafs katals katana → 2 mots de 7 lettres en kata katanas Katanga → 2 mots de 8 lettres en kata katakana katakoua → 5 mots de 9 lettres en kata katakanas katakouas Katangais katangais katangite → 8 mots de 10 lettres en kata katajjaniq katakanisa katakanisé katakanise Katangaise katangaise katangaïte katangites → 11 mots de 11 lettres en kata katakanisai katakanisas katakanisât katakanisée katakaniser katakanisés katakanises katakanisez katangaises Katangaises katangaïtes → 8 mots de 12 lettres en kata katakanisais katakanisait katakanisant katakanisées katakanisent katakanisera katakanisiez katakanisons → 7 mots de 13 lettres en kata katakanisâmes katakanisasse katakanisâtes katakaniserai katakaniseras katakaniserez katakanisions → 9 mots de 14 lettres en kata katagélophobie katakanisaient katakanisasses katakaniserais katakaniserait katakanisèrent katakaniseriez katakaniserons katakaniseront → 4 mots de 15 lettres en kata katagélophobies katakanisassent katakanisassiez katakaniserions → 2 mots de 16 lettres en kata katakanisassions katakaniseraient Trop de mots ? Limiter aux formes du dictionnaire sans pluriels, féminins et verbes conjugués. Mots Avec est un moteur de recherche de mots correspondant à des contraintes présence ou absence de certaines lettres, commencement ou terminaison, nombre de lettres ou lettres à des positions précises. Il peut être utile pour tous les jeux de mots création ou solution de mots-croisés, mots-fléchés, pendu, Le Mot le Plus Long Des Chiffres et des Lettres, Scrabble, Boggle, Words With Friends etc. ainsi que pour la création littéraire recherche de rimes et d'alitérations pour la poésie, et de mots satisfaisants aux contraintes de l'Ouvroir de Littérature Potentielle OuLiPo telles que les lipogrammes, les pangrammes, les anagrammes, le monovocalisme et le monoconsonnantisme etc. Les mots et leurs définitions sont issus du dictionnaire francophone libre Wiktionnaire publié sous la licence libre Creative Commons attribution partage à l'identique. A noter le Wiktionnaire contient beaucoup plus de mots en particulier des noms propres que les autres dictionnaires francophones comme le dictionnaire Officiel du Scrabble ODS publié par Larousse environ 400 000 mots et formes fléchies noms et adjectifs au masculin et au féminin et au singulier et au pluriel, verbes conjugués dans l'ODS, et 1,3 million sur Mots Avec.

Tasyakurankader dan alumni HMI DIY atas penganugerahan gelar pahlawan nasional Lafran Pane (Harminanto) YOGYA, Prof Lafran Pane Guru Besar Ketatanegaraan yang juga salah satu pendiri Himpunan Mahasiswa Islam (HMi) menjadi salah satu nama yang bakal diberikan gelar sebagai pahlawan nasional 9 November 2017 oleh Presiden Joko Widodo.
Lafran Pane Pahlawan Nasional Dok. IDN Times Lafran muda mengalami pergolakan pemikiranDikenal sebagai bocah badungHingga akhirnya dia memprakarsai HMIOrganisasi kader yang banyak melahirkan tokohBanyak yang baik, tak sedikit pula yang nakal...***Hari ini 5 Februari 2022 HMI memasuki usia Ke-76 tahun. Perjalanan hijau hitam tak bisa dilepaskan dari sosoknya. Ya, Lafran Pane. 'Berdosalah' kader Himpunan Mahasiswa Islam HMI yang tidak mengenal sosoknya. Pendiri organisasi dengan warna khas hijau hitam dengan intelektualitas yang mumpuni. Namun tidak ujug-ujug Lafran bisa sukses seperti saat mendirikan HMI. Lafran muda harus bergejolak dengan pemikirannya. Jalan hidupnya tak seperti anak muda masa kini. Yang mungkin saja menghabiskan waktu untuk disia-siakan .Lewat perjuangan panjang, Lafran akhirnya ditetapkan sebagai pahlawan nasional pada 6 November 2017. Bersama TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid dari Nusa Tenggara Barat NTB, Laksamana Malahayati dari Provinsi Aceh, Sultan Mahmud Riayat Syah dari Kepulauan Riau, dan Lafran Pane dari Daerah Istimewa Yogyakarta. Penganugerahan itu digelar di Istana Presiden lima hari lahir di Padangsidimpuan 5 Februari 1922. Tanggal ini bertepatan juga saat dia mendirikan HMI dua tahun setelah Indonesia merdeka. Lafran adalah anak kandung dari seorang penulis, sekaligus tokoh Muhammadiyah Sutan Pangaruban Pane. Ibunya bernama Gonto boru Siregar. A Fuadi dalam buku Merdeka Sejak Hati, 2019.Yuk Simak kisah perjalanan Lafran Pane mendirikan HMI hingga dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional. Baca Juga Mengenal SMA Unggul Del, SMA Terbaik di Sumut Binaan Luhut Panjaitan 1. Lafran kecil sudah dikenal nakal sekaligus cerdasLafran Pane Pahlawan Nasional Dok. IDN TimesLafran tidak begitu mengenal sosok ibunya. Di umurnya yang masih dua tahun, sang ibu wafat. Lafran merupakan bungsu enam bersaudara. Beberapa kakaknya juga menjadi sastrawan kondang. Mereka adalah Sanusi Pane dan Armijn Pane. Karya-karyanya cukup dikenal di publik. Bahkan sampai saat ini masih dari Lafran dikenal sudah nakal sejak kecil. Lantaran tidak ada dampingan ibu sejak dia kecil. Meskipun beberapa kesaksian menyebut jika Lafran kecil adalah seorang penurut dan juga dibesarkan di keluarga yang taat agama. Nilai ini juga yang terus dipegangnya, meskipun pikirannya terus Lafran muda kerap pindah sekolahLafran Pane Pahlawan Nasional Dok. IDN TimesDalam berbagai artikel selalu diceritakan jika perjalanan pendidikannya tidak pernah mulus. Dia kerap pindah sekolah. Lafran sempat mengenyam pendidikan di pesantren Muhammadiyah Sipirok. Kemudian dia melanjutkan sekolah formal di desa selama tiga tahun. Lagi-lagi dia tak meluluskan pun hijrah ke Sibolga. Di sana dia berhasil tamat dari HIS Muhammadiyah. Lalu dia kembali ke Sipirok. Di sana dia melanjutkan sekolah ibtidaiyah yang bersambung ke wustha atau tingkat menengah. Namun dia kembali pindah ke Taman Siswa Sipirok. Kemudian pindah lagi ke Taman Antara dan Taman Dewasa di nasib mujur tidak berpihak kepadanya. Dia dikeluarkan dari sekolah sebelum lulus. Dari titik ini membuat Lafran menjadi seorang Kebadungan Lafran dimulai dari Medan dan berlanjut ke JakartaLafran Pane Pahlawan Nasional Dok. IDN TimesPutus sekolah membuat Lafran semakin bergejolak. Dia meninggalkan rumah kakaknya Nyonya dr Tarib di Medan dan memilih hidup di jalanan. Emperan toko kawasan Kesawan pernah menjadi tempatnya Lafran disebut kerap main kartu untuk menghidupi dirinya. Lafran juga dikabarkan pernah berlatih nasib adiknya, pada 1937 Lafran diminta Sanusu dan Armijn pindah ke Batavia Jakarta. Dia pun kembali melanjutkan sekolahnya di HIS Muhammadiyah. Lagi-lagi dia harus pindah beberapa kali hingga ke Taman Dewasa Raya Lafran sebagai seorang remaja berlanjut di Jakarta. Dia disebut pernah bergabung dengan geng pemuda. Kenakalannya membuat Lafran sering dibui. Bahkan pada satu kasus, gurunya di Muhammadiyah Mr Wilopo sempat membayarkan denda atas saat itu juga Lafran dikenal sering memberontak. Terlibat demonstrasi hingga berujung keributan. Baca Juga Sejarah Lahirnya HMI Kegelisahan Pemuda Islam hingga Gejolak Politik 4. Titik balik spiritual Lafran PaneLafran Pane Pahlawan Nasional Dok. IDN TimesLafran kembali ke Padangsidimpuan pada 1942. Perjalanan spiritulinya dimulai. Namun di sana, Lafran malah dituduh memberontak terhadap Jepang. Dia kembali ke Jakarta Satria Wibawa 2010 dalam bukunya Lafran Pane Jejak Dan Pemikirannya menyebutkan jika pengembaraan keduanya ke Jakarta, sebagai fase lahirnya kesadaran Lafran akan insan kamil. Saat itu Lafran berusia 21 tahun. Dia tengah mengalami pergejolakan pencarian hakikat hidup. Dia mulai mengalami dahaga akan situ, dia mulai menyadari ingin kembali ke masa kecilnya. Selalu akrab dengan nuansa agama yang kental. Lafran pun mulai merenung. Berbekal pengalaman nyantri dia mulai kembali. Dia sempat bekerja di salah satu kantor statistik di Jakarta. Hingga akhirnya dia melanjutkan studi di Sekolah Tinggi Islam STI Yogyakarta. Di sana dia bertemu dengan Abdul Kahar Muzakkir, Hussein Yahya, dan H. M Rasyidi yang menjadi dosennya. Dia mulai bergumul dengan Kondisi negara saat itu membuatnya terpikir membentuk HMIPresiden Jokowi menghadiri syukuran Lafran Pane sebagai Pahlawan Nasional Dok. IDN TimesPerjalanan spiritual Lafran menuntunnya semakin kritis. Membaca realitas sosial yang terjadi di sekitarnya saat itu. Dia mengkritisi sistem yang berlaku di perguruan tinggi yang menganut pendidikan barat. Saat itu juga banyak organisasi mahasiswa dan pemuda di bawah pengaruh komunis. Dia juga prihatin dengan kondisi umat akhirnya dia membentuk Himpunan Mahasiswa Islam HMI, 5 Februari 1947. Rapat pembentukan itu juga diikuti, Karnoto Zarkasyi, Dahlan Husein, Maisaroh Hilal cucu pendiri Muhammadiyah, KH. Ahmad Dahlan, Suwali, Yusdi Ghozali; tokoh utama pendiri Pelajar Islam Indonesia PII, Mansyur, Siti Zainah istri Dahlan Husein, Muhammad Anwar, Hasan Basri, Zulkarnaen, Tayeb Razak, Toha Mashudi dan Bidron sangat banyak berperan dalam pergolakan politik di Indonesia. Begitu banyak tokoh yang merupakan alumni HMI mengisi lini-lini pemerintahan. Mulai dari wakil presiden , jajaran menteri kabinet, DPR, MPR, DPD hingga para aktifis yang sampai saat ini masih eksis. Sebut saja nama sejumlah tokoh seperti Akbar Tandjung, Jusuf kalla, Nurcholis Madjid, Mahfud MD, Hamzah Haz, Anies Baswedan, Abraham Samad, Jimly Ashiddiqie, Alm Husni Kamil Manik, Yusril Ihza Mahendra dan masih banyak lainnya. Semuanya lahir dari rahim Kesederhanaan Lafran yang kian dilupakan kader HMIDrs. Lafran Pane dalam kehidupannya selalu mengajarkan kesederhanaan. Dalam HMI pun demikian. Hidupnya hanya diabdikan untuk menjadi pengajar. Bahkan kesederhanaan Lafran sampai melegenda. Lafran boleh miskin harta. Namun dia tidak miskin akan semangat Lafran hampir tidak diikuti oleh kader HMI saat ini. Bahkan membuat orang-orang mulai apatis dengan HMI.“Kalau kita lihat, orientasi kesederhanaan, hampir bisa dikatakan tidak kelihatan di kader HMI. Yang ada justru berlomba-lomba mencapai kekuasaan. Dan pola berpikirnya pun lebih sempit. Lebih kepada kekuatan kelompok,” ujar Dadang Darmawan, Ketua Umum Badan Koordinasi HMI Sumut di era Dadang, apa yang dicontohkan Lafran hampir tidak ada bekasnya. Justru, sejumlah alumni malah mencoreng nama rumah besar HMI.“Kalaupun Lafran meninggalkan jejak keteladanan, membentuk kesederhanaan, nasionalisme, itu sudah hilang saat ini,” Tahun 2017 akhirnya Lafran Pane ditetapkan sebagai Pahlawan NasionalDokumentasi/Kahmi UIN MalangLewat perjuangan panjang, Lafran akhirnya ditetapkan sebagai pahlawan nasional pada 6 November 2017 oleh Presiden Joko 'Jokowi' Widodo. Bersama TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid dari Nusa Tenggara Barat NTB, Laksamana Malahayati dari Provinsi Aceh, Sultan Mahmud Riayat Syah dari Kepulauan Riau, dan Lafran Pane dari Daerah Istimewa Yogyakarta. Penganugerahan itu digelar di Istana Presiden lima hari berikutnya. Baca Juga Jangan Lupakan Sejarah! Ini 12 Sosok Pahlawan Nasional dari Sumut LafranPane, intelektual dan muslim adalah tiga kata yang jika digali lebih dalam akan menyemburkan makna yang luas. Pertama, Lafran Pane adalah nama seorang manusia biasa. Kata Pane merupakan nama marga suku Batak di Sumatera Utara di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dapat dikatakan nama ini adalah Ilustrasi Sumber Iklan terakota Oleh In’amul Mushoffa* masuk HMI, saya diyakinkan bahwa inilah organisasi mahasiswa Islam elit. Selain paling tua, alumni-alumninya tersebar di struktur pemerintahan. Banyak diantara mereka sukses menjadi politisi. Dengan menjadi anggota HMI, artinya sama dengan investasi kesuksesan’ di masa depan. Saya yang datang dengan pikiran kosong akhirnya terpincut. Mungkin juga karena komunikasi orang-orangnya memang mirip pejabat dan politisi. Dugaan saya, kira-kira begitulah karakter yang juga dicerminkan pendirinya. Saat itu, sosok Lafran Pane tak banyak diulas dalam diskusi dan literatur tentang sejarah HMI. Kalaupun ada, itu pun sebatas siapa dan dari mana ia berasal, dan bagaimana usahanya dalam mendirikan HMI. Informasi mengenai karakter dan sepak terjang Lafran pasca mendirikan HMI saat itu masih sulit dicari. Maka, begitu Hariqo Wibawa Satria meluncurkan buku biografi Lafran Pane pada tahun 2010, saya buru-buru ingin membacanya. Begitu menyelaminya, terus terang saya tercengang. Semacam ada kontras yang begitu tajam, antara yang saya baca dari sosok Lafran dan antara orang-orang di HMI. Kisah-kisah di bawah ini setidaknya mewakili karakter Lafran Pane. Sumbernya digali dari buku “Lafran Pane Jejak Hayat dan Pemikirannya” Hariqa Wibawa Satria 2010 serta sumber lain, dan dikonstruksi sesuai maksud ditulisnya artikel ini. *** Kisah dimulai sejak Lafran mendirikan HMI pada 1947. Lafran mendesain agar HMI tetap independen. Garis ini diambil agar HMI tidak akan mudah diombang-ambingkan oleh kepentingan politik, baik oleh pihak di dalam HMI sendiri maupun pihak luar. Lantaran itu, Lafran tak pernah bersedia menjadi anggota parpol. Ketika Golkar dan PPP menawarinya menjadi pimpinan partai, Lafran menolaknya mentah-mentah. Penolakan ini juga terjadi ketika ia ditawari menduduki posisi strategis pemerintahan. Prinsip untuk menjaga independensi HMI itu juga ia tunjukkan selama rezim Orde Baru. Suatu ketika, Presiden Soeharto—atas masukan Akbar Tandjung—meminta Lafran menjadi salah satu jajaran Dewan Pertimbangan Agung DPA. Tapi, permintaan itu bukan tanpa syarat. Lafran bisa diangkat jika berstatus sebagai perwakilan dari Partai Golkar. Tentu saja, Lafran menolaknya. Ketika disodori formulir yang di dalamnya terdapat kolom keterangan sebagai anggota Partai Golkar, ia mengosongkan kolom itu dengan konsekuensi tidak jadi diangkat. Bagi Lafran, dari pada berstatus sebagai anggota parpol, mending tak usah menjadi DPA. Meski utusan Soeharto berusaha merayunya berkali-kali, sikap Lafran tetap kukuh. Soeharto yang mendengar sikap Lafran akhirnya melunak. Lafran akhirnya diangkat menjadi satu-satunya anggota DPA yang tidak berasal dari perwakilan parpol. Kelak, papan nama di ruang kerja Lafran tidak bertuliskan perwakilan dari parpol tertentu, seperti anggota DPA lainnya, tetapi bertuliskan Lafran Pane—Alumni HMI. Lafran juga figur yang sederhana. Beberapa saat sebelum ia dilantik menjadi anggota DPA, ia yang sudah sampai di Jakarta didatangi orang DPA untuk diukur dan dibuatkan jas pelantikan. Lafran tak bersedia. “Masak orang belum bekerja dibikinkan jas”, ujarnya kepada Senoaji, teman sekaligus orang yang sering membantunya. “Kenapa Pak? Itukan fasilitas”. “Ah, tak pantas itu. Sudahlah, aku minta tolong kau ke Yogja, ambilin jas aku”. Senoaji pun mengiyakan permintaan Lafran, tetapi dicegah oleh alumni HMI. Malam harinya, alumni-alumni HMI perlu meyakinkan Lafran dalam sebuah pertemuan. Lafran akhirnya bersedia meminjam’ jas DPA, bukan menerimanya. Saat menjadi anggota DPA, kesederhanaan Lafran tidak berubah. Suatu ketika, ia menceritakan bahwa honorarium yang ia terima sebagai anggota DPA terlalu tinggi. “Buat apa uang sebesar itu?”. Konon, seorang ibu dari KAHMI Korps Alumni HMI yang berdiri di sekitar Lafran kemudian berbisik ke temannya, “kasihkan gue biar habis di Pasar Baru”. Kisah ini terekam dalam sebuah acara syukuran di rumah Akbar Tandjung. Kehidupan Lafran sejak kecil memang keras. Ia terbiasa hidup mandiri dengan berjualan es sampai kartu bioskop. Inilah yang barangkali mengakar sampai masa tuanya. Lafran menjadi pribadi yang risih menerima pemberian orang, apalagi pemberian dari Negara yang dulu ia ikut perjuangkan kemerdekannya. Ketika Lafran mengajar di IKIP Yogjakarta, saat alumni-alumni HMI sudah pada naik mobil, Lafran sehari-hari masih ngontel. Rumah pun tidak punya. Masih ngontrak. Alumni HMI di Jakarta yang sudah mapan dan prihatin ingin membelikannya rumah dan mobil. Namun, Lafran menolak keras. Beberapa kali, Iqbal Pane—anak Lafran mengajukan beasiswa ketika kuliah untuk meringankan beban orangtunya, tapi Lafran justru marah dan melarangnya. Menurutnya, masih banyak orang yang lebih pantas mendapatnya. Tidak mudah memberikan bantuan kepada Lafran, bahkan bantuan dalam ukuran normal sekalipun. Tahun 1974, mahasiswa di IKIP Yogjakarta—tempat Lafran mengajar—menuntut rektornya mengundurkan diri. Kebetulan, sebagian besar dari mereka adalah anggota HMI. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan saat itu menuduh Lafran—yang sama sekali tak ikut campur—sebagai dalang dari aksi tersebut. Lafran lalu dinonaktifkan dari segala tugas di fakultasnya, dipindahkan ke UII Yogjakarta, serta diberi gaji-pensiun dan tunjangan guru besar. Tak terima, dosen-dosen HMI berencana mengundurkan diri sebagai bentuk dukungan kepada Lafran. Lafran juga ditawari menjadi rektor sebuah IKIP di Luar Jawa. Namun, Lafran lagi-lagi menolaknya. Tekanan kepada Lafran semakin keras ketika Rektor IKIP Yogjakarta sudah diganti. Lafran dituntut untuk mengembalikan tunjangan jabatan yang diterimanya selama non-aktif. Lukman Hakiem, yang saat itu menjadi Ketua Korkom HMI IKIP Yogjakarta, dan kawan-kawannya ikut tersulut emosinya. Mereka buru-buru mendatangi Lafran di kediamannya dan menawarakan protes atas ketidakadilan itu. Namun, Lafran justru mencegahnya, “Untuk apa?”. Ia bahkan berkilah bahwa hidupnya saat itu sudah bahagia. *** Lafran juga tak begitu suka mengakui jasa-jasanya. Pasca kejadian G30S 1965, Lafran berkunjung ke Kongres HMI ke-8 tahun 1966 di Solo. Sesampai di arena kongres, penjagaan sangat ketat. Siapapun yang memasuki arena Kongres harus menggunakan tanda pengenal atau surat keterangan sebagai delegasi. Di pintu penjagaan, panitia kongres yang bertugas sama sekali tidak ada yang mengenalinya—meski sudah sering mendengar namanya. Kebetulan, Lafran tak membawa tanda pengenal dan tentu saja sebagai alunmni tak memiliki keterangan sebagai peserta. Lafran pun ditahan di pintu masuk. Rombongan Pengurus Besar HMI yang kebetulan datang melihat kejadian ini. Dengan penuh haru bercampur geli, mereka pun memberitahu ke panitia bahwa yang mereka tahan adalah Lafran Pane, pemarakarsa pendiri HMI. Ketika penjaga pintu mempersilahkan Lafran Pane masuk, sikap Lafran biasa saja, seolah memaklumi. Pada tahun 1974, Lafran mendatangi Konfercab HMI Cabang Yogyakarta dan, lagi-lagi, para peserta tidak ada yang mengenali pendirinya yang delapan tahun sebelumnya 1966 sudah dikukuhkan sebagai Guru Besar Ilmu Tata Negara di Fakultas Keguruan Ilmu Sosial IKIP Yogjakarta ini. Sosok yang duduk di belakang peserta itu pun dicueki kader-kader organisasi yang dahulu ia dirikan itu. Lafran seolah menikmati keadaan ini. Usut punya usut, sebagian besar peserta Konfercab bahkan mengiranya sebagai intel. Ketika salah satu Ketum Komsariat HMI yang kenal Lafran lantas memberitahu kepada teman-temannya bahwa inilah “Lafran Pane—pendiri HMI”, sikap Lafran tetap dingin. Seolah tidak ada yang aneh. Selama hidupnya, Lafran konsekuen tak mau ditinjol-tonjolkan. Ketika Lukman Hakiem Syaifuddin menawarkan untuk menuliskan birografinya, Lafran tak bersedia. Lafran juga tak bersedia ketika diminta menuliskan sejarah HMI. Menurutnya, hasilnya akan subjektif. Lafran bahkan tak mau didaku sebagai pendiri HMI, meski telah didesak berkali-kali. Paling banter, ia hanya mau disebut sebagai pemerakarsa berdirinya HMI. Kesediaan Lafran ini kemudian ditetapkan melalui Kongres HMI yang ke XI di Bogor 1974. Lafran memang menghindari segala upaya personifikasi HMI terhadap dirinya. Sampai-sampai, tanggal lahirnya yang sesungguhnya bertepatan dengan berdirinya HMI 5 Februari Lafran ubah menjadi 12 April 1923. *** Dengandemikian, memilih menjadi kader HMI artinya menjadi kader umat dan kader bangsa, suatu hal yang secara konsisten diperjuangkan oleh Lafran Pane. Kata "konsisten" ini adalah kata pertama yang bisa kita teladani dari sosok Lafran Pane ini, di mana beliau adalah orang yang teguh dalam pendirian untuk memperjuangkan nilai-nilai kebenaran.

- Hampir seluruh kader Himpunan Mahasiswa Islam HMI mengenal kisah ini. Sebuah peristiwa yang terjadi pada 5 Februari 1947. Lafran Pane, ketika itu mahasiswa Sekolah Tinggi Islam STI, sekarang UII, meminta izin kepada Husein Yahya, dosen pengajar Kuliah Tafsir, untuk menggunakan jam pelajarannya sebagai rapat mahasiswa. Yogyakarta masih menjadi ibu kota Republik. Rapat yang dimulai pada pukul di Gedung STI, Jl. Pangeran Senopati 30 itu kemudian diputuskan sebagai peristiwa lahirnya HMI dan Lafran Pane dinisbatkan sebagai pendirinya. Selain Lafran, seturut catatan Agussalim Sitompul dalam Sejarah Perjuangan Himpunan Mahasiswa Islam 1947-1975 2002, pendiri HMI adalah 14 mahasiswa lain yang mengikuti rapat itu memang tonggak awal bagi sejarah HMI, namun gagasan dan semangat yang melatarinya telah lama bersemayam dalam pikiran Lafran Pane. Sujoko Prasodjo, dalam salah satu tulisannya di Majalah Media Februari 1957, bahkan menyebut tahun-tahun permulaan riwayat HMI hampir identik dengan sebagian kehidupan Lafran Pane. Sujoko memandang Lafran memiliki andil terbanyak pada mula kelahiran pikiran Lafran dapat ditelisik dari tujuan HMI yang ia rumuskan dan kemudian disepakati peserta rapat 5 Februari itu, yakni “Mempertahankan Negara Republik Indonesia dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia, serta menegakkan dan mengembangkan ajaran Agama Islam.”Dalam Intelektual Muslim dan Kuasa Geneologi Inteligensia Muslim Abad Ke-20 2002, Yudi Latif menilai tujuan HMI rumusan Lafran mengandung gagasan istimewa. Rumusan tersebut mengetengahkan dialektika gagasan kebangsaan dan keislaman yang serius—sebuah wacana panjang muslim Indonesia pada paruh pertama abad ke-20. Gagasan ini mulai didengungkan oleh Tjokroaminoto, dimatangkan secara politik oleh M. Natsir, dan dibawa ke ranah kehidupan intelektual oleh Lafran Pane. HMI kemudian menjadi ruang dialektika keislaman dan kebangsaan yang legendaris. Nurcholish Madjid, Ahmad Wahib, Endang Saifuddin Anshari, Imaduddin Abdurahman, Yusril Ihza Mahendra, Jimly Ashshidique, dan puluhan pemikir lainnya lahir dari organisasi ini. Gagasan kebangsaan dan keislaman yang tumbuh di HMI juga telah memengaruhi perjalanan Indonesia modern baik secara intelektual maupun politik. Modernisme Islam & Keindonesiaan Ikhtiar Lafran Pane dalam menyelaraskan gagasan kebangsaan dan keislaman dapat ditelusuri dari keluarga dan pengembaraan intelektualnya. Kedua abang Lafran masyhur sebagai tokoh penting dalam perkembangan sastra Indonesia modern, yaitu Armijn dan Sanusi Pane. Ayahnya, Sutan Pangurabaan Pane, ialah salah satu pendiri Muhammadiyah di Sipirok. Sementara Sang Kakek, Syekh Badurrahman Pane, adalah ulama di Tapanuli Selatan. Di masa kanak-kanak Lafran belajar menyanyikan "sifat 20", puji-pujian yang berisi dua puluh sifat Allah, bersama kawan-kawannya. Pendidikan keagamaan Lafran kecil telah menunjukkan pergolakan paham antara golongan tua dan golongan muda, meski Lafran kemudian menjadi anak tulen modernisme Islam. Dosen-dosennya di STI memang banyak berasal dari kalangan modernis. Dua nama yang dapat disebut ialah Abdul Kahar Muzakar dan Rasjidi. Karena itu kerangka pikiran Lafran dalam menafsirkan kebangsaan dan keindonesiaan bersemangatkan modernisme Islam, yang kerap minus dari nilai tasawuf dan kalam Asy'ariah. Dari berbagai catatan yang dikumpulkan Agussalim Sitompul, dapat terlihat bahwa Lafran benar-benar mencitakan HMI sebagai wajah Islam yang mampu bergelut dengan tantangan zaman, khususnya di dunia mahasiswa. Dan pada abad ke-20 kemodernan itu menjelma dalam wajah negara Indonesia. Islam ia pandang sesuai dengan semangat modern, sekaligus menjadi pengobat dari penyakit-penyakit yang ditimbulkan oleh modernitas seperti kekeringan rohaniah masyarakat. Ruang dialektika yang dibangun Lafran kemudian bergumul secara liat dalam perjalanan bangsa dan HMI mengarunginya hampir sepanjang sejarah Indonesia. Di antara dua orde, HMI melewati ngerinya peristiwa 1965 dan selamat dari huru-hara 1998. Lafran Pane turut menyaksikan dan bahkan terlibat dalam dinamika itu hampir seumur hidup dewasanya. Ia melihat Indonesia yang ia tafsirkan sejak sebelum mendirikan HMI bergolak atau tenang secara silih berganti. Tak seperti alumni HMI lain yang kerap bergelimang jabatan dan jaringan, Lafran Pane amat setia dengan kebersahajaan. Hingga masa akhir baktinya di IKIP Yogyakarta, tempat ia dinobatkan sebagai Guru Besar Ilmu Tata Negara pada 1970, Lafran tetap setia mengayuh sepeda onthel ketika pergi mengajar. Sampai akhir hayat ia bahkan tak pernah memiliki mobil. Lafran memang lebih setia kepada idealisme sebagai pengajar daripada mengejar posisi politik. Jabatan politik tertinggi yang pernah ia peroleh “hanya” menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung DPA periode 1988-1993 yang tidak pernah ia tuntaskan. Itu pun, menurut kesaksian Akbar Tandjung, Lafran merasa mendapatkan gaji yang terlalu besar dari DPA. Lukman Hakiem, salah satu junior Lafran di IKIP dan HMI Cabang Yogyakarta, menulis kesaksian dalam "Lafran Pane Pahlawan Nasional, Mengapa Tidak?" yang dimuat di buku 50 Tahun HMI Mengayuh di Antara Cita dan Kritik 1997 tentang kebersahajaan seniornya itu “Saya bersaksi bahwa Lafran Pane tidak pernah memanfaatkan posisinya sebagai pemrakarsa berdirinya HMI untuk kepentingan pribadi, walaupun alumni HMI sudah amat banyak yang duduk di posisi strategis di jajaran pemerintahan. Saya juga berani menegaskan, bahwa segala pikiran dan gagasan Lafran Pane, entah itu menguntungkan pemerintah atau tidak, murni keluar dari hati nurani dan akal sehatnya." Infografik Mozaik Himpunan Mahasiswa Islam. Sebuah Rahasia Tiga bulan menjelang meninggal, Lafran menulis di Jawa Pos edisi 18 September 1990. Tulisan tersebut diberi judul “Menggugat Eksistensi HMI”. Artikel terakhir Lafran ini mengingatkan kembali tujuan awal didirikannya HMI pada 5 Februari 1947. Boleh jadi artikel ini dikhususkan kepada kader dan alumni HMI yang ketika itu tengah dilanda perpecahan antara HMI Dipo dan MPO—semacam wasiat untuk memegang teguh dan terus menafsirkan Indonesia dengan semangat kebangsaan dan Pane meninggal pada 25 Januari 1991, tepat hari ini 30 tahun lalu, dalam kesederhanaan serta kebersahajaan yang luas dan dalam. Beberapa saat sebelum jenazah Lafran dimakamkan, Tetty Sari Rakhmiati putri bungsu didampingi M. Iqbal putra dan Martha Dewi istri, membuka sebuah rahasia. Kesaksian ini disaksikan oleh Akbar Tanjung dan beberapa saksi lainnya serta dimuat dalam buku Agussalim Sitompul Menyatu dengan Umat, Menyatu dengan Bangsa Pemikiran Keislaman-Keindonesiaan HMI 1947-1997 2002.Sebenarnya Lafran Pane dilahirkan di Padangsidempuan pada 5 Februari 1922. Bila selama ini ia menyatakan lahir pada 12 April 1923 termasuk secara administratif, hal itu semata-mata dilakukan untuk menghindari pengidentikan HMI dengan dirinya. Sebab hari lahirnya bertepatan dengan hari lahir HMI. Lafran tak ingin HMI identik dengan siapapun.==========Shubhi Abdillah adalah penulis yang pernah kuliah di Program Studi Sastra Indonesia FIB UI serta menjadi Ketua Komisariat HMI di fakultasnya. Ia turut mendirikan Komunitas Nuun sebagai wadah bertukar gagasan mengenai wacana keislaman dan kebudayaan. - Humaniora Penulis Shubhi AbdillahEditor Ivan Aulia Ahsan

.
  • yv066ccfxm.pages.dev/441
  • yv066ccfxm.pages.dev/269
  • yv066ccfxm.pages.dev/166
  • yv066ccfxm.pages.dev/744
  • yv066ccfxm.pages.dev/530
  • yv066ccfxm.pages.dev/556
  • yv066ccfxm.pages.dev/756
  • yv066ccfxm.pages.dev/144
  • yv066ccfxm.pages.dev/407
  • yv066ccfxm.pages.dev/484
  • yv066ccfxm.pages.dev/576
  • yv066ccfxm.pages.dev/515
  • yv066ccfxm.pages.dev/446
  • yv066ccfxm.pages.dev/231
  • yv066ccfxm.pages.dev/572
  • kata kata lafran pane